Jumat, 16 November 2012

Penyair

Wahai penyair, Tuhan telah menganugerahkan padamu mata yang dapat melihat kedalaman jiwa manusia,Tuhan telah membekali dirimu pena tajam- lebih tajam daripada mata pedang.
Engkau lahir dan engkau ditempatkan pada lingkungan yang papa,haus dan lapar adalah santapan hari-harimu,karena dengannya mata bathinmu menjadi hidup.
Wahai engkau yang menulis keindahan dengan tinta airmata,anak kesunyian yang lahir dari lembar-lembar keabadian......
Engkau akan terasing dari kehidupan,engkau akan selalu terbuang -karena engkau adalah beda,sebagian dari mereka akan menyebutmu gila,sebagian dari mereka akan menyebutmu angkuh,penyendiri,seseorang yang mencari sesuatu yang wujudnya belum pasti.Tetapi semesta merayakan kelahiranmu, menyeru serta menyambutmu dalam tangis bahagia.
Gunakanlah kefasihan lidah dan imajimu untuk menulis sesuatu untuk keadilan,nilai kebaikan dan cinta kasih.Pinjamkanlah mata bathinmu dan berikanlah mereka sebuah pandangan abadi yang luput dari penglihatan mereka,sesuatu yang tersembunyi,Zat yang telah lama merindu untuk kembali dalam penyatuan.
Wahai pengelana jiwa....Engkau akan melintasi ruang dan waktu,maka dari itu bebaskanlah dirimu dari segala keterikatan,bebaskan dirimu dari segala atribut,dengannya jiwamu akan bebas.
Jujurlah dan bicaralah pada nurani sebelum kau menulis,pelajarilah tanda-tanda alam,pahamilah kata-kata bijak para guru,ambilah hikmah, darinya bait-bait tulisanmu akan semakin bernyawa.
Kini bait demi bait kata ajaib itu telah tercipta,renungilah-menyendirilah untuk sesaat,leburkanlah dirimu kedalamnya,apakah ini lahir dari kedalaman hati yang putih atau ini hanya topeng kemunafikan belaka?.
Janganlah kau mencoba sembunyi /menyembunyikan diri dari kalimat-kalimat bijakmu.Singkirkanlah kesombangan diri,tampilkanlah kesejatian diri,mintalah tuntunan dariNya.Karena Ia adalah lentera suci, tongkat api penuntun- yang siap menerangi ataupun membakar segala keegoan diri.
Wahai penyair.Kini mutiara kehidupan telah kau dapatkan,maka jalankanlah dalam kehidupanmu sehari-hari.
Tak ada gading yang tak retak.Tak ada manusia yang sempurna.Untuk itu maka katakanlah pada mereka :segala sesuatu yang baik datangnya dari yang Kuasa- sedang sesuatu yang buruk datang dari diri pribadi.
Wahai penyair,bila saatnya nanti kau tiada,maka kematianmu akan sunyi,sesunyi hidupmu nan sebatang kara.Tanpa ada batu nisan ataupun ratap tangis yang mengiringi kepergianmu,namun percayalah jalinan kata-katamu akan selalu hidup, terus berbicara dan diucapkan dari masa-kemasa ,dari generasi-kegenerasi.
Hartono Benny Hidayat
www.duniasastra.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar