Wahai
penyair, Tuhan telah menganugerahkan padamu mata yang dapat melihat
kedalaman jiwa manusia,Tuhan telah membekali dirimu pena tajam- lebih tajam daripada mata pedang.
Engkau
lahir dan engkau ditempatkan pada lingkungan yang papa,haus dan lapar
adalah santapan hari-harimu,karena dengannya mata bathinmu menjadi
hidup.
Wahai engkau yang menulis keindahan dengan tinta airmata,anak kesunyian yang lahir dari lembar-lembar keabadian......
Engkau akan terasing dari kehidupan,engkau akan selalu terbuang -karena engkau adalah beda,sebagian dari mereka akan menyebutmu gila,sebagian dari mereka akan menyebutmu angkuh,penyendiri,seseorang yang mencari sesuatu yang wujudnya belum pasti.Tetapi semesta merayakan kelahiranmu, menyeru serta menyambutmu dalam tangis bahagia.
Gunakanlah kefasihan lidah dan imajimu untuk menulis sesuatu untuk keadilan,nilai kebaikan
dan cinta kasih.Pinjamkanlah mata bathinmu dan berikanlah mereka
sebuah pandangan abadi yang luput dari penglihatan mereka,sesuatu yang
tersembunyi,Zat yang telah lama merindu untuk kembali dalam penyatuan.
Wahai
pengelana jiwa....Engkau akan melintasi ruang dan waktu,maka dari itu
bebaskanlah dirimu dari segala keterikatan,bebaskan dirimu dari segala
atribut,dengannya jiwamu akan bebas.
Jujurlah
dan bicaralah pada nurani sebelum kau menulis,pelajarilah tanda-tanda
alam,pahamilah kata-kata bijak para guru,ambilah hikmah, darinya
bait-bait tulisanmu akan semakin bernyawa.
Kini
bait demi bait kata ajaib itu telah tercipta,renungilah-menyendirilah
untuk sesaat,leburkanlah dirimu kedalamnya,apakah ini lahir dari
kedalaman hati yang putih atau ini hanya topeng kemunafikan belaka?.
Janganlah
kau mencoba sembunyi /menyembunyikan diri dari kalimat-kalimat
bijakmu.Singkirkanlah kesombangan diri,tampilkanlah kesejatian
diri,mintalah tuntunan dariNya.Karena Ia adalah lentera suci, tongkat
api penuntun- yang siap menerangi ataupun membakar segala keegoan diri.
Wahai penyair.Kini mutiara kehidupan telah kau dapatkan,maka jalankanlah dalam kehidupanmu sehari-hari.
Tak
ada gading yang tak retak.Tak ada manusia yang sempurna.Untuk itu maka
katakanlah pada mereka :segala sesuatu yang baik datangnya dari yang
Kuasa- sedang sesuatu yang buruk datang dari diri pribadi.
Wahai penyair,bila saatnya nanti kau tiada,maka kematianmu akan sunyi,sesunyi hidupmu nan sebatang kara.Tanpa ada batu nisan ataupun ratap tangis yang mengiringi kepergianmu,namun percayalah jalinan kata-katamu akan selalu hidup, terus berbicara dan diucapkan dari masa-kemasa ,dari generasi-kegenerasi.
Hartono Benny Hidayat
www.duniasastra.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar