Dia , sipujangga cinta terus menyebut nama "cinta"
yang telah memenjarakan hatinya...namun teriakkannya hanya menggema
dicakrawala, memantul dari satu bukit ke bukit yang lain.
Sedang "cinta" yang nun jauh disana tak bisa
mendengar. Dia memanggil nama cinta ribuan kali , dan selalu saja
sia-sia, tidak ada yang mendengar atau menjawab seruannya.
Ditempat yang jauh itu jiwa "cinta" selalu mengenang dia , siang terbayang malam dikenang, siang mengharap malam meratap.
Hasrat menyala-nyala dalam hati yang terbakar kerinduan, rasa cinta itu semakin mendalam ,walau kedua raga saling berjauhan.
Getar perasaan "cinta" terhubung juga dengannya,
bila "cinta" semakin menderita maka si -dia juga semakin menjadi-jadi ,
mengembara sendirian dipadang imajinasi serta mengabaikan segala
cemoohan orang sekitarnya yg menganggap cintanya pada "cinta" hanyalah
sebuah cinta sesaat yang biasa dihinggapi anak muda-yang dengan
sendirinya sirna bersama sang waktu, dan mereka sering mengolok-olok ,
menyebut dirinya sang pemimpi...
Ia ingin mengadukan nasibnya tetapi pada siapa?!..
Tidak ada yang bisa memahami perasaannya, hanya bebatuan dan lembah yang bisa memahami kesedihan hatinya...
Karena bukit dan lembah yang setia mendengarkan lolongan dia memanggil cinta.
Bila kerinduan dia pada kekasihnya sudah tidak dapat
terbendung, dadanya terasa sesak , pikirannya kalut, bagai tetesan
embun jatuh kebumi airmata kesedihan dan keputusasaan mengalir deras
dari pipinya yang pucat. Dia telah kehilangan akal sehatnya karena
cinta, sirna pula kesadaran dirinya, jika sudah demikian syair-syair
yang indah keluar dari bibirnya yang merah :
Duhai cinta...
Engkau adalah keharuman nafas surgawi , yang membuatku tak lagi mampu untuk memejamkan mata...
Sihirmu begitu mempesona , membuat hati yang gersang
ini menciptakan kedalaman samudera yang nyaris sama dengan kedalaman
jiwa...
Hanya untukmu seorang , seluruh kerinduanku ,
impianku , angan dan harapanku berlabuh , karena hanya engkaulah segala
keinginan bermuara...
Wahai senandung pagi serta kicauan burung dipagi hari....
Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada kekasihku....
Belailah rambutnya yang hitam berkilau untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi hatiku......
Wahai semilir angin pagi yang mendamaikan dan menyejukkan jiwaku....
Sampaikan pada gadis yang memikat hati itu betapa
pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya, hingga tak kuat lagi
aku menanggung beban kehidupan....
Wahai semilir angin yang memporak-porandakan putik-putik bunga....
Tanyakan dirinya apakah dia masih mau berjumpa denganku?...
Apakah ia masih memikirkan diriku ?.....
Bukankah telah kukorbankan kebahagiaanku demi
dirinya?...hingga diri ini terpenjara sepi dan terbalut kegelapan
didasar samudera ?! .....
Wahai semilir harum -kelopak putik-putik bunga....
Maukah engkau membawakan keharuman rambutnya padaku sebagai pelepas rindu?
Sampaikan salam , beserta kidung surgawi -pesanku ini untuknya :
Duhai kekasih hati ,....
Hatiku telah dikuasai oleh pesona jiwamu,
kecantikanmu menusuk hatiku laksana anak panah, hingga sayap yang sudah
patah ini tidak mungkin dapat terbang...
Engkau laksana dewi dalam gemilang cahaya...
Hanya untukmu seorang jiwaku rela menahan kesedihan
dan kehancuran..karena engkaulah menara kekuatan dan airmata
kebahagiaan bagi segala prahara hidupku...
Keindahan parasmu laksana ramuan ajaib yang
memabukkan diriku , desah suaramu laksana mantra sihir yang tidak bisa
aku hindari , ia menjadi sumber kebahagiaan yang telah memikatku untuk
selalu mengenangmu...
Aku melintasi lorong waktu , merangkak dalam
kegelapan , terbalut debu dan luka.... dari setiap titik darah yang
menetes ini , ku harap dirimu membukakan pintu bagi jiwaku....
Sebuah tempat dimana kudapat berteduh dan
menyandarkan tubuh serta jiwaku, hingga kudapat merasakan sentuhan
lembut jemari surgawi yang bersemayam direlung jiwaku....
Duhai belahan jiwaku ,...
Dirimu selalu bertahta dihatiku ...siang slalu kupikirkan dan malam menghiasi mimpi ...
Airmataku pun telah mengering karena selalu meratap dan merindukanmu...
Jeritan hatiku bergema serta membelah kesunyian langit , memanggil namamu sebagai pengobat jiwa, penawar kalbu...
Entah mengapa badai dan prahara itu tiba-tiba datang , menghancurkan kebahagiaanku dan dirinya...
Separuh jiwaku beserta bahtera jiwaku hilang tersapu
badai , terombang-ambing ia oleh gelombang lautan perasaan yang tak
bertepi dan berdasar....
Dan demi rasa cintaku yang mendalam ...Aku rela berada dikedalaman samudera yang dingin seorang diri...
...Berteman lapar, menahan dahaga...
Wahai kekasihku, hidupku yang tidak berharga ini suatu saat akan lenyap....
Tetapi biarkan pesona kecantikanmu tetap abadi selamanya dihatiku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar