Senin, 04 Februari 2013

Bab 1 Roman Hellen dari Troya


www.duniasastra.com Kisah ini berawal saat Ilus memenangkan berbagai pertandingan yang diadakan oleh Raja Frigia, dihadiahinya ia seratus orang budak dan seekor sapi bertotol.  Kemudian sang Raja bertitah kepadanya, “Ikutilah binatang ini, sebab ia suci dan akan menuntunmu kesuatu tempat, dan disana engkau harus membangun kotamu sendiri ! “  Setelah berjalan kesana-kemari sampailah mereka di bukit Ate, sang sapi terlihat kelelahan dan jatuh tersungkur kebumi, dan itu menunjukkan bahwa disanalah kota baru itu harus dibangun.



Tak lama kemudian Ilus membangun Istana bernama Troya yang dipersembahkan bagi baginda Tros ayahandanya. Kemegahan kuil Athena dan Paladium menjadi pelindung kebesarannya….  Namun takdir berkata lain, dibalik kedigdayaannya….bayangan gelap selalu menghantui perjalanan sejarah orang-orang Troya. Konon suatu saat nanti kelak tongkat kejayaan Troya akan berakhir , saat anak keturunannya Raja Priamus pemimpin besar Troya yang Agung , melahirkan anak bernama Paris yang konon kabarnya akan  membawa suatu bala bencana….  Berselang waktu yang agak lama ramalanpun terpenuhi, sesaat sang bayi lahir; Hekabe istri Priamus bermimpi perihal kehancuran Kota Troya, demi kebaikan dan kejayaan bangsa Troya, penasihat istana mengusulkan agar sang jabang bayi dikurbankan  .  Dititipkanlah si bayi pada Agelaus si pengembala agar dibunuh….

Namun apalah daya, sepatuh-patuhnya abdi  pada sang raja ,  sekuat-kuatnya niat untuk menghabisi nyawa, menjadi pupus luluh tak berdaya manakala  melihat  bening kepolosan mata dari si jabang bayi,  Maka niat jahat itupun di urungkan….  Diletakkannya sang jabang bayi  di lereng gunung Ida, berharap takdir menentukan langkah hidup selanjutnya….  Sepulangnya dari bukit , Agelaus sang pengembala, menjadi tak tenang hati, “Oh, betapa kejamnya aku ini, sebuas apapun singa takkan mungkin membiarkan  bayi kecilnya mati merana, Kutukan apa yang aku jalani, sehingga mata bathinku tertutup karenanya. Akankah darah dan rengek tangis bayi itu kelak  menghantui setiap malam-malamku?!…Oh, bayi yang manis  kau terusir laksana Dewi Ate, betapa malangnya nasibmu kini !. Maafkanlah atas tindakanku ini, kalau bukan karena perintahnya tak sudi aku menurutinya” , begitulah  ucapan getir hati Agelaus…  Karena selalu diliputi oleh rasa bersalah, sesaat kemudian sang pengembala memutuskan untuk kembali kehutan, alangkah terkejutnya ia manakala melihat sang bayi sedang disusui seekor beruang….

Takjub melihat pemandangan yang ajaib tersebut, Agelaus menitikkan airmata tanda haru, selangkah kemudian ia merengkuh bayi yang masih merah itu, mendekapnya dalam pelukan hangat lalu bergumam, “Dewa-dewa menghendaki anak ini hidup!”.  Iapun membawa sang anak kegubuknya dan membesarkannya bersama anak laki-lakinya yang baru beberapi hari sebelumnya dilahirkan.  Paris tumbuh nyaris sempurna, badannya kekar, otaknyapun cerdas dan tingkah lakunya yang anggun menandakan bahwa ia keturunan darah bangsawan.  Ketika muda ia sering mengembalakan ternaknya dibukit-bukit gunung Ida,tanpa ia sadari karena ketampanannya pula ia sering disukai lawan jenisnya.

Hati Paris muda tak begeming, ia lebih memikirkan keadaan ternak-ternaknya dipadang. Pernah suatu saat pegawai pemerintahan mengambil ternaknya secara paksa, salah satu ternaknya  akan diperebutkan sebagai hadiah dalam  pertandingan yang akan dilansungkan diistana, acara tahunan itupun diadakan guna mengenang pengorbanan besar “Putra Troya” , yang tentu saja yang dimaksud tak lain adalah Paris.  Penduduk kota Troya tidak tahu bahwa ia masih hidup dan diasuh oleh seorang pengembala. Bangsa Troya saat itu meyakini  bahwa sang pewaris tahta  telah mati ketika masih dalam masa persusuan, akibat suatu penyakit tertentu.  Guna membela hak-haknya yang telah dirampas secara paksa, maka Paris mendaftarkan diri untuk ikut dalam pertandingan yang akan dilangsungkan ditahun depan.

Niatnya hanya satu;  merebut kembali ternaknya yang telah menjadi tumpuan hidup keluarganya yang miskin.  Pada sebuah perkampungan terpencil,terlihat seorang pemuda sedang giat berlatih memainkan pedang dan tombak. Dia adalah Paris, dadanya bidang, Otot-otot tangannya tampak menonjol. Setelah berlatih siang-malam tanpa kenal lelah, genap setahun  ia telah banyak menguasai berbagai teknik peperangan.  Kini tibalah saatnya waktu yang yang dinantikan datang , dengan restu kedua orang tua berangkatlah ia ke Troya.

Berangkatlah ia dengan gagah berani bersama ratusan ksatria Troya lainnya menuju alun-alun istana.  Dalam pertandingan itu, berbalut darah dan luka Paris  berjuang pantang menyerah, dalam setiap ayunan pedang  , ia membayangkan wajah penuh harap dan cemas dari orang-orang terkasih yang sedang menantinya dirumah . Semangat itulah yang membakarnya hingga ia memenangkan setiap pertandingan yang dilaluinya.  Paris memenangkan pertandingan tersebut dan ternak yang  semula miliknya kini diserahkannya kembali dengan suka cita pada sang ayah tercinta.

Karena keberanian dan pengorbanannya itulah masyarakat mejulukinya sebagai “Alexander” yang berarti “Pembela yang gagah berani”.  Untuk merayakan sang pemenang pestapun digelar seharian penuh, beberapa kerabat dekat istana tampak hadir memenuhi acara.  “Siapakah pemuda hebat ini? ” bisik Raja Priamus pada penasehatnya.”Dia hanyalah anak pengembala biasa Baginda !”.

“Panggilkan dia kesini segera, dari tanda lahirnya sepertinya aku pernah mengenal anak muda tersebut!”  Dipanggilah Paris menghadap sang raja, sambil membungkukkan badan sebagai tanda homat dan takzim ia  berkata; “Ada apa gerangan sehingga baginda memanggil hamba menghadap?”,”Bukankah aku terlalu hina sehingga tak pantas untuk dilihat, apalagi untuk melihat kebesaran wajah Baginda Priamus Yang Agung!”  Sambil merantangkan tangannya Sang Raja menjemput dan menyapa bahu Priamus, “Wahai Ksatria muda yang indahnya membuat bintang tampak malu berkilau, siapa dan dari manakah engkau berasal ?”.

“Hamba putera Agelaus sang pengembala, kami tinggal dibukit Ida, ayahku sempat mengabdi pada Baginda sebagai pengurus istal dikerajaan ini!”  “Pangil ayahmu kemari dan aku ingin berbicara empat mata dengannya!” ujar Raja Priamus cemas. Perasaannya berkata bahwa pemuda ini mirip dengan mendiang putranya yang dihilangkannya  dulu sewaktu kecil. Namun perasaannya itu dengan mudah ia tutup dengan kewibawaannya.  Tak berselang lama kemudian, tibalah Agelaus dengan beberapa pengawal istana menuju pendopo istana.Tampak diwajah Agelaus sebuah mimik ketegangan yang teramat, hati kecilnya tak sanggup menyembunyikan siapa sebetulnya Paris dihadapan Raja Priamus Yang Agung.  Disebuah ruangan yang terpisah Raja Priamus berdialog serius dengan Agelaus, terbukalah apa-apa yang selama ini ditutup-tutupinya.  Seusai pesta, gemparlah seluruh kerabat dekat istana. “Priamus yang malang masih hidup!”…”Bahkan ia mewariskan ketampanan dan kecakapan Ayahandanya!” ujar salah satu abdi dalam istana  -berseru histeris kepada yang lainnya.  Beberapa saat istana berada dalam suatu keheningan panjang , hal tersebut menandakan prahara yang begitu besar sedang mengelayuti langit-langitnya. Kecemasan tersbut malah telah menciptakan polemik dalam kerajaan “Apakah yang akan dilakukan Raja?, akankah ia kembali akan membunuh putranya atau menerimanya dengan penuh kebanggaan?”..”Hukuman apa yang kelak akan dijatuhkan kepada si tua bangka Agelaus sang pengkhianat?”  Sebuas-buasnya dan setajam-tajamnya taring buaya, maka naluri menuntunnya pada kelembutan agar bayi mungil yang dibawanya tak terluka”  Begitulah yang terjadi pada ayah dan anak yang telah lama tak berjumpa ini. Walau pernah terbesit niat jahat untuk menghabisi nyawa sang anak tercinta, hati sang raja menjadi luluh takkala melihat keindahan dan kecakapan yang menyerupai sosok dirinya , yang telah lama terpisah kini hadir dihadapannya.

Sambil merentangkan tangannya, ditengah-tengah rapat kerajaan Raja Priamus bertitah, “Oh Paris, engkau adalah cahaya mataku.Kilau kebesaranmu adalah bara api yang menyemangati hidupku. Biarkanlah aku yang telah tua ini binasa, tapi tidak  tunas mudaku Paris…Biarlah kuncup hatinya tumbuh bekembang dalam hatiku yang terselubung debu kelam niatku, dan biarlah embun airmata sesalku  membasuh debu hitam yang melekat pada wajahku sendiri.”…  ” Sebatang arang nan hitam tak mungkin lagi berubah  menjadi kayu, Kekhilafan dan kebodohan adalah bingkai kelamku dimasa lalu.

Walaupun beribu ucapan maaf takkan cukup untuk merubah segalanya, kuyakin dengan tangis ketulusan, pintu hatinya akan terbuka untukku. “  “Aku adalah ayah sekaligus musuhnya dimasa lalu, namun kini sekiranya seluruh penduduk bumi mengutuk dan menghendakinya binasa, maka aku kan membelanya.

Biarlah mereka-mereka meludahi jubahku, tapi tidak pada jubah kehormatannya!”.  “Biarlah mereka-mereka merebut mahkota dariku, tapi tidak dengan nyawa buah hatiku, kehidupannya adalah kehidupanku , begitu juga dengan kematiannya adalah kematianku!”…”Biarlah takdir berjalan menurut  cinta,  bukan  takut akan kutukan -juga pada kematian !”

Bersambung……
Hartono Benny Hiidayat

Sabtu, 17 November 2012

Kekasih sejati



Kekasih sejati
adalah ketika kamu menitikkan air mata, maka dengan kebesaran cintanya ia tetap peduli terhadapmu.
Sebuah kekuatan abadi  yang ketika kamu tidak mempedulikannya dan dia masih menunggumu dengan setia..
Ketulusan sejati adalah Saat Sang kekasih mulai mencintai orang lain dan dia masih bisa tersenyum sembari berkata 'Aku turut berbahagia untukmu‘…
Hartono Beny Hidayat

Sebuah Kisah


" Didalam setiap perenungan dan khayalku, kudapati dirimu menyandungkan bait-bait kasih ditiap celah dinding-dinding kehampaanku.

Dari bait-bait itu ingin rasanya ku menggubah kitab-kitab cinta yang berisi mantra-mantra ajaib yang kuukir dari tetes airmata tangis rindu…

Dan seandainya saja jiwa kita bertemu, bersenandung dan menari diatas kitab itu,  kuingin  lembaran yang tercipta itu menjadi abadi selamanya.

Seabadi jalinan putih cinta kita www.duniasastra.com ".

- Beny -

Surat Kepada Yang Terkasih!

Aku bukanlah bintang yang menerangi gelap malam

Dan bukan pula daun kering yang berserak tertiup angin Aku adalah seorang pengembara yang sedang menyusuri dan mencari pelangi dibalik kabut hitam.

Yang ingin kujumpai diujung harapku adalah Lentera jiwa, Obor kehidupan yang menerangi setiap langkahku. Aku adalah tarikan nafas lautan .


Aku adalah airmata langit. Aku adalah senyuman bumi.

Begitu juga Cinta adalah tarikan nafas dari lautan perasaan , air mata langit , dan senyuman dari bumi sang jiwa,

Setiap kuletih melangkah, kuhenti sejenak- untuk sekedar mencium harummu, Kusandarkan tubuh ini dan kuselimuti diriku dengan senandung merdu, Senandung yang juga dinyanyikan oleh sungai dan hutan.

Saat jiwaku lapar…kusinggahi “rumah” disetiap jalan yang kulalui, Kuketuk rumah-rumah mereka dengan lonceng-lonceng kehidupan Aku hendak menyemaikan benih – bunga- jiwa yang terangkai dari dasar hati dan kuyakin bumi akan menerimaku dan memberiku wangi bunga, Aku akan membawa impianku sampai kelangit Dan kuyakin langit akan memberiku apa yang dinamakan cinta.

Tetapi yang kudapati, rumah-rumah itu telah terisi sepasang jiwa, yang sejatinya-ingin kucari. Aku tak ingin memadamkan lentera hati-yang ada dalam sangkar sepasang merpati putih Karena ku tahu kecantikan bersinar lebih terang dalam hati orang yang merindukannya, daripada mata yang melihatnya…. kucoba rentangkan kembali sayap patahku… kembali kuterbang ,lalu menghilang dibalik awan.

Kutinggalkan tanda mata berupa tetes darah dari setiap daun pintu yang kubuka, Sebagai tanda bahwa Aku, si-Jiwa kesepian pernah hadir disini. Jiwa yang menghembuskan nafas kerinduan Jiwa yang menyenandungkan kebahagiaan dan nestapa cinta , sipembawa karung kasih bernama harapan.

Dan kuketahui Cinta telah memperlakukan ku seperti matahari yang menghidupi dan mematikan padang-padang dengan panas teriknya. Jiwaku menasehatiku dan mengungkapkan kepadaku bahwa cinta Tidak hanya menghargai orang yang mencintai , tetapi juga orang yang dicintai.

Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring laba-laba diantara dua bunga Yang dekat satu sama lain. Cinta menjadi lingkaran cahaya yang tanpa awal dan tanpa akhir. Wahai sukma agung yang terdiam bisu, Dalam keheningan malam, aku mendengar suaranya yang amat merdu Ketika ku hendak menutup mata ini , masih kurasakan sentuhan jemarinya yang lembut dibibirku…

Masih teringat ketika kami berada ditaman , kami duduk diatas sebuah batu sambil menatap cakrawala yang jauh.

Dia menunjukkan padaku sudut langit yang berwarna keemasan, dan menyadarkanku akan merdunya senandung burung-burung sebelum mereka tidur dimalam hari. Dialah kekasih khayalku,yang selalu menemaniku kemana kupergi.

Prasasti jiwaku bersaksi dan berkata ; Kegelapan bisa menyembunyikan pepohonan dan bunga-bunga dari pandangan mata . Tetapi kegelapan tidak dapat menyembunyikan dirinya dari jiwaku.

Wahai Alam raya… Dunia para penyair yang bermahkotan duri, Aku terlahir dari dunia yang hilang…dan dalam ketersendirianku kuciptakan kekasih khayalan untuk pasangan jiwaku.

Aku tertawa untuk diriku- atas kemalangan jiwaku… Apakah aku telah kehilangan bentuk-bentuk kehidupan sehingga aku merasa lebih baik melihat dan mendengar dalam alam impian ?

Dikeheningan malam yang dingin, kulepaskan jiwaku agar bisa menari-menari diawan, dan kubiarkan pula jiwaku bermandikan seribu bintang!

.......Ku bermimpi !.............

Lalu, Kutemukan diriku didalam sebuah perahu kecil, terapung-apung di samudera luas tanpa batas. “Tiba-tiba aku memandang keatas , dan melihat kekasih hidupku , berada sangat dekat diatasku.

Aku bersorak kegirangan, membentangkan tanganku dan berteriak, ‘mengapa engkau meninggalkan aku kekasih ?’  Kemana saja engkau selama ini ? mendekatlah kepadaku , dan jangan pernah lagi meninggalkan aku sendirian !” “Tetapi dia tidak bergerak.

Diwajahnya kulihat tanda-tanda kesedihan dan kesakitan yang tak pernah aku lihat sebelumnya.

Dengan suara lembut dan lirih , dia berkata ‘ “Aku datang dari kedalaman samudera untuk melihatmu sekali lagi. ‘Aku ingin melihatmu tersenyum untuk terakhir kali !.

’ Kembalilah keduniamu dan lupakanlah aku !” “Kumohon lupakanlah aku !” kulihat dia menutup wajah cantiknya yang berderaikan air mata darah Setelah mengucapkan kata-kata itu , dia menghilang kedalam gumpalan kabut yang tiba-tiba datang.

Aku berteriak sekeras-kerasnya, dengan hati kalut aku memanggilnya kesegala arah, ‘Aku mencintaimu...jangan tinggalkan aku !’ , aku menantap nanar kesegala penjuru , tetapi yang nampak hanya rintik-rintik hujan , kerlip bintang yang bertemankan untaian cahaya lembut sinar rembulan.

Kekasihku , kuharap aku dapat mengatakan kepadamu, apa arti kehadiranmu untukku. Semua itu menciptakan jiwa dalam jiwaku, disaat hatiku hampa dan gemetar , aku merasa sangat membutuhkan seseorang untuk mengatakan kepadaku, bahwa masih ada hari esok, untuk semua isi hati dan jiwa yg sepi, dan engkau selalu melakukannya untukku.

Kekasihku, Kapanpun kucoba untuk mendekatimu lewat ucapan, Sebagai pribadi yang utuh. Tetapi engkau selalu menjauh dariku Dan sulit kugapai.

Tetapi apapun yang terjadi aku senang bersamamu…. Karena engkau adalah sebuah menara kekuatan !, Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan hari ini tanpa engkau.

Walau aku harus mandi dalam kobaran api, denganmu aku merasa sangat terlindungi dan terjaga. “Aku kembali ketempat peraduanku, jiwaku merintih ,aku seperti berada diperahu yang ganjil !”...’perahu yang mudah goyah disapu ombak dan badai’...

Lalu kulihat jasadku terkapar ditepi pantai, kulihat sekelompok gagak mengelilingiku...menanti dengan sabar lepasnya ruh dari ragaku !’...jiwaku memelas melihat jasad yang tak berdaya didepannya, kemudian dengan perlahan-lahan aku meninggalkannya....

Dan kulihat juga disana , kulihat kakasih jiwaku sedang terpasung dan didera, darah menetes dari kaki dan tangannya ! dan jatuh menimpa bunga-bunga yang ada dibawahnya.

Janganlah menangis kekasihku, cinta tercipta untuk membuat mata-mata kita dan menjadikan kita pelayannya, agar kita mendapat anugerah kekuatan dan ketabahan.

Hentikan airmatamu, karena kita telah mengangkat sumpah. Lalu ku berkata, “Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih dihadapanmu , Kamu memandang kedalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata, “Aku Cinta Kamu”.

Tetapi sebenarnya kamu mencintai dirimu dalam diriku.” Wahai kekasih hati! , “Hanya dengan cinta yang indah kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan dan duka perpisahan.

Aku tak punya pilihan lain kecuali berjuang setiap hari sampai kutemukan harta yang layak kuserahkan kepadamu, Harta untuk membantu kita dalam mengarungi penziarahan hidup kita”.

Ketika tangan kehidupan terasa berat dan malam tak berirama, inilah saatnya untuk cinta dan kepercayaan.

Dan betapa menjadi ringannya tangan kehidupan dan betapa berirama malam, Ketika sesorang mencintai dan mempercayainya.

Cinta adalah cahaya ghaib yang dipancarkan dari inti yang membakar jiwa dan menyinari sekeliling bumi. Sehingga memungkinkan kami merasa hidup laksana mimpi indah diantara keterjagaan yang satu dengan keterjagaan yang lain.

‘Wahai kekasih, walau ragaku telah menyatu dengan tanah, Aku akan senantiasa mengingat cinta pertamaku, Dan aku akan menggapai kembali saat-saat yang ganjil itu.

Ingatan yang mengubah dasar perasaanku dan membuatku sedemikian gembira meskipun kegetiran terasa dalam misteri. ”Ia” akan terus hidup laksana seorang tawanan cinta diseberang laut,dimana “ia” dikebumikan.

Cinta adalah segala sesuatu yang dapat kuperoleh , serta tak seorangpun yang dapat melenyapkannya dariku. Hubungan antara kau dan aku merupakan hal paling indah dalam hidupku.

Sesuatu yang paling mengesankan yang pernah kuketahui dalam hidup- dan akan selalu aku kenang…

Wahai para Pencinta , Pemusik dan Penyair !,

Telah kutemui pelangi dibalik kabut hitam,

serta Telah kutemukan kuncup bunga dimahkota duriku Aku mencintai Terang persis seperti aku mencintai Kegelapan,

Aku terjaga dalam dekapan bunga dan kelembutan jemari sinar mentari! Aku akan keluar, sekarang aku berjalan memasuki lentera itu, Kulihat matanya berkaca-kaca didalam keharuan.

Aku membelai rambutnya dan berkata, “Aku mencintaimu kekasihku sebelum kita berdekatan , sejak pertama kulihat engkau.Aku tahu ini takdir. Kita selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita.”

“Cintaku padamu wahai kekasih , akan tetap ada hingga akhir hidupku , dan setelah mati “Tangan Tuhan” akan mempersatukan kita kembali.

” Hari ini aku telah bersama pasangan jiwaku yang kucinta, ia dan aku menyatu dalam obor Tuhan yang telah diciptakan sebelum dunia ada.

Tak ada kekuatan didunia ini dapat mengingkari kebahagiaanku dengan dirinya, karena kebahagiaanku lahir dari pelukan dua roh yang disatukan dengan sikap saling memahami dan dipadukan dan dipayungi oleh Cinta kasih.

Dalam Damai dan Kasih-Nya Kemudian aku tuntun tangannya yang suci Menuju Altar cahaya keabadian .

Hartono Beny Hidayat In Colaboration

“Perkawinan adalah penyatuan dua jiwa dalam cinta yang kokoh untuk menghapuskan perpisahan. Ia adalah kesatuan agung yang terpisah dalam roh. Ia adalah gelang emas dalam sebuah rantai yang permulaannya adalah sebuah pandangan, dan akhirnya adalah Keabadian. Ia adalah hujan suci yang jatuh dari langit tak ternoda untuk menyuburkan dan memberkati ladang-ladang illahi.”(KG)

Impian dan cinta akan saling memberi satu dengan yang lain, serupa dengan apa yang dilakukan matahari ketika mendekati malam,dan yang dilakukan bulan ketika mendekati pagi. Terpujilah cinta yang mampu mengisi kesepian manusia, dan mengakrabkan hatinya dengan hati manusia lain

2001 www.duniasastra.com

Matinya sebuah bangsa

www.duniasastra.com

Kulihat bangsaku perlahan telah mati nuraninya, karena lapar saling menyikut dan menindas...siapa cepat dan kuat dialah pemenangnya...

Aku tertegun dan terpana semua ingin diraih, tak pernah ada kata puas....seakan yang hidup bergabung dengan yang mati demi sebuah ambisi.

Aku menyaksikan wajah-wajah yang tak kenal rasa malu, yang menutupi matanya dengan debu-debu emas yang memantulkan gemerlap cahaya teplok- airmata derita .


Kulihat pula derai tawa - tak berdosa sembunyikan tangis bayi dari bilik kardus bawah kolong jembatan; suara tangisan yang mengharap susu manis dari kedua tetek kering ibunya, tarikan nafas kegetiran yang menanti matangnya bebatuan didalam kuali ; serta Jeritan nafas kemiskinan yang membuat seorang ibu tega meletakkan anaknya dalam kardus- tepi sungai.

Tak ada bedanya aku, kamu dan mereka...karena nuranilah kita berbeda- karena kejujuranlah kita jadi mulia. sadarkah engkau bahwa orang mulia sekalipun-tak jarang dari mereka adalah keturunan darah penjahat !.
Aku muak dengan kapitalis karena ia merupakan raksasa tak berkaki serta berotak anak ayam, jelmaan lintah yang tak pernah kenyang. Aku; kamu; dan mereka semua; bayi-bayi ini, serta para pewaris bangsa...mereka adalah para pewaris yang terpasung dan terkekang, karena kemiskinan telah merantai tangan-tangan dan tubuh mereka dalam belenggu kebodohan.

Aku bukanlah seorang provokator, atau anarkis bukan pula komunis, aku mengajarkan kepada mereka tentang Tuhan, dan ketika mereka marah meradang , aku redam mereka dengan akal dan nurani, Aku seorang motivator , sekaligus orang yang terpasung, roda-roda kehidupan kudapati berlawanan arah denganku, ia melindas dengan angkuh setiap benih yang kutanam dan hendak bertunas.

Dan aku melihat disana, dibalik tumpukan sampah ada budak sedang tertidur , aku tak ingin membangunkan dia kalau-kalau ia sedang memimpikan “kebebasan.”

Bila ia telah terbangun akan aku jelaskan tentang arti kebebasan kepadanya.

Tapi aku juga mencintai para budak itu, seperti cintaku pada kebebasan, sebab mereka mengecup dengan mata tertutup taring binatang buas dalam hening ketidaktahuan, tanpa tahu senyum maut yang menunggu, dan tak pernah menyadari, sedang menggali kuburan dengan tangan mereka sendiri.

kehidupan berbangsa laksana sebuah kursi singgasana, bila rusak atau patah sebagian maka pincanglah sebuah bangsa.

Dan Matilah sebuah bangsa bila hukum dapat dibeli dengan uang, serta para pemikirnya membiarkan kebohongan sedangkan ia mengetahuinya -kemudian karena sesuatu hal ia hanya diam terpaku , lalu menyerah dalam kubangan belenggu yang bernama kekuasaan.
Hartono Beny Hidayat hasil elaborasi dengan KG

Dia


Dia , sipujangga cinta terus menyebut nama "cinta" yang telah memenjarakan hatinya...namun teriakkannya hanya menggema dicakrawala, memantul dari satu bukit ke bukit yang lain.
Sedang "cinta" yang nun jauh disana tak bisa mendengar. Dia memanggil nama cinta ribuan kali , dan selalu saja sia-sia, tidak ada yang mendengar atau menjawab seruannya.
Ditempat yang jauh itu jiwa "cinta" selalu mengenang dia , siang terbayang malam dikenang, siang mengharap malam meratap.

Hasrat menyala-nyala dalam hati yang terbakar kerinduan, rasa cinta itu semakin mendalam ,walau kedua raga saling berjauhan.
Getar perasaan "cinta" terhubung juga dengannya, bila "cinta" semakin menderita maka si -dia juga semakin menjadi-jadi , mengembara sendirian dipadang imajinasi serta mengabaikan segala cemoohan orang sekitarnya yg menganggap cintanya pada "cinta" hanyalah sebuah cinta sesaat yang biasa dihinggapi anak muda-yang dengan sendirinya sirna bersama sang waktu, dan mereka sering mengolok-olok , menyebut dirinya sang pemimpi...
Ia ingin mengadukan nasibnya tetapi pada siapa?!..
Tidak ada yang bisa memahami perasaannya, hanya bebatuan dan lembah yang bisa memahami kesedihan hatinya...
Karena bukit dan lembah yang setia mendengarkan lolongan dia memanggil cinta.
Bila kerinduan dia pada kekasihnya sudah tidak dapat terbendung, dadanya terasa sesak , pikirannya kalut, bagai tetesan embun jatuh kebumi airmata kesedihan dan keputusasaan mengalir deras dari pipinya yang pucat. Dia telah kehilangan akal sehatnya karena cinta, sirna pula kesadaran dirinya, jika sudah demikian syair-syair yang indah keluar dari bibirnya yang merah :
Duhai cinta...
Engkau adalah keharuman nafas surgawi , yang membuatku tak lagi mampu untuk memejamkan mata...
Sihirmu begitu mempesona , membuat hati yang gersang ini menciptakan kedalaman samudera yang nyaris sama dengan kedalaman jiwa...
Hanya untukmu seorang , seluruh kerinduanku , impianku , angan dan harapanku berlabuh , karena hanya engkaulah segala keinginan bermuara...
Wahai senandung pagi serta kicauan burung dipagi hari....
Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada kekasihku....
Belailah rambutnya yang hitam berkilau untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi hatiku......
Wahai semilir angin pagi yang mendamaikan dan menyejukkan jiwaku....
Sampaikan pada gadis yang memikat hati itu betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya, hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan....
Wahai semilir angin yang memporak-porandakan putik-putik bunga....
Tanyakan dirinya apakah dia masih mau berjumpa denganku?...
Apakah ia masih memikirkan diriku ?.....
Bukankah telah kukorbankan kebahagiaanku demi dirinya?...hingga diri ini terpenjara sepi dan terbalut kegelapan didasar samudera ?! .....
Wahai semilir harum -kelopak putik-putik bunga....
Maukah engkau membawakan keharuman rambutnya padaku sebagai pelepas rindu?
Sampaikan salam , beserta kidung surgawi -pesanku ini untuknya :
Duhai kekasih hati ,....
Hatiku telah dikuasai oleh pesona jiwamu, kecantikanmu menusuk hatiku laksana anak panah, hingga sayap yang sudah patah ini tidak mungkin dapat terbang...
Engkau laksana dewi dalam gemilang cahaya...
Hanya untukmu seorang jiwaku rela menahan kesedihan dan kehancuran..karena engkaulah menara kekuatan dan airmata kebahagiaan bagi segala prahara hidupku...
Keindahan parasmu laksana ramuan ajaib yang memabukkan diriku , desah suaramu laksana mantra sihir yang tidak bisa aku hindari , ia menjadi sumber kebahagiaan yang telah memikatku untuk selalu mengenangmu...
Aku melintasi lorong waktu , merangkak dalam kegelapan , terbalut debu dan luka.... dari setiap titik darah yang menetes ini , ku harap dirimu membukakan pintu bagi jiwaku....
Sebuah tempat dimana kudapat berteduh dan menyandarkan tubuh serta jiwaku, hingga kudapat merasakan sentuhan lembut jemari surgawi yang bersemayam direlung jiwaku....
Duhai belahan jiwaku ,...
Dirimu selalu bertahta dihatiku ...siang slalu kupikirkan dan malam menghiasi mimpi ...
Airmataku pun telah mengering karena selalu meratap dan merindukanmu...
Jeritan hatiku bergema serta membelah kesunyian langit , memanggil namamu sebagai pengobat jiwa, penawar kalbu...
Entah mengapa badai dan prahara itu tiba-tiba datang , menghancurkan kebahagiaanku dan dirinya...
Separuh jiwaku beserta bahtera jiwaku hilang tersapu badai , terombang-ambing ia oleh gelombang lautan perasaan yang tak bertepi dan berdasar....
Dan demi rasa cintaku yang mendalam ...Aku rela berada dikedalaman samudera yang dingin seorang diri...
...Berteman lapar, menahan dahaga...
Wahai kekasihku, hidupku yang tidak berharga ini suatu saat akan lenyap....
Tetapi biarkan pesona kecantikanmu tetap abadi selamanya dihatiku...

Kisah Cintaku





Apalah arti kekayaan jika cinta yang menyebabkan aku merindu tak kumiliki.

Apalah Arti Istana yang megah, bila tak ada tempat untuk jiwaku untuk berteduh dan bersandar

Untuk apa dikelilingi putri-putri raja, bila cinta yang telah ku rasakan telah memenjarakan hatiku, dan telah membutakan mataku atas segala keindahannya.


Engkaulah kekasih yang menjadi inspirasi dan penghias mimpi malamku...Aura wujudmu benar-benar mempesona, jikalau matahari tak terbit , cukuplah wajahmu yang menggantikan sinarnya. Bila rembulan enggan datang dimalam hari, kelembutanmu sudah cukup untuk merebahkan bumi dipangkuan indahmu.

Engkau adalah ilham bagiku untuk memetik dawai gitar, menjalin syair cinta nan indah hingga menjadi doa-doa akan harapan dan anugerah.

Pesona wajahmu bagai pusaran angin taufan yang bisa menghisap semua benda yang tertanam dibumi. Andaikata seorang pemuda tidak mampu menatap wajahmu , maka mendengar namamu saja sudah cukup untuk mengembalikan gairahnya yang hilang...

Dalam setiap lamunan aku meyakinkan diri , kekasih yang kudamba dapat menghadirkan senyum kebahagiaan dalam hatiku, menanggalkan kesedihan yang selalu membayang ,menjadi cahaya kehidupan serta pelipur lara bagi jiwaku.

Laksana kaum pencinta , airmataku yang bening dan jernih menetes karena merindukan kasih yang tak kunjung datang...

Dan kulihat disana -disaat dirimu pergi, kumbang-kumbang pasti menemani , seolah ingin memungut sisa-sisa pesonamu , mereka berlomba-lomba menarik perhatian sang bunga, diantara mereka ada yang berusaha memenangkan cinta dalam penyamaran adapula berterus-terang dalam "ketelanjangan"... mereka hendak berusaha menawan hati bunga nirwana itu.

Sejak pertama kali aku melihat pancaran cahaya keindahan itu, jiwaku langsung bergetar...Kurasakan keharuman cinta telah menghancurkan ketenangan jiwaku...tiada yang melintas dalam anganku selain keindahan mata cinta dan tiada suara yang lebih merdu daripada suara cinta...

Saat menatap wajahmu , seolah ribuan kata ingin keluar dari bibirku, namun apalah daya bibir tak mampu mampu bergerak untuk melukiskan keagungan cinta. Nyala api asmara dalam hatiku semakin lama semakin berkobar, kebiasaanku kini hanya melamun dan merangkai syair yang menceritakan segala tentangmu...

Duhai kekasih....disaat cinta telah mengakar didalam jiwa, serta dari waktu ke waktu cinta itu telah tumbuh subur dikedalaman hati, kuingin rasa itu hanya kita yang tahu...tahukah engkau kekasih, tidak ada obat yang mujarab mengobati luka bila tertusuk duri asmara...maka hargailah dia yang mengasihimu dan diriku yang mencintaimu .

Duhai kekasih hati, dirimu telah kuikat sebagai tawanan cinta diseberang lautan, dimana tiada suatu wujudpun yang dapat menyembunyikan dirimu dari jiwaku...

Melalui pancaran mata, jiwa kita seolah menyatakan tidak ingin berpisah , Engkaulah pasangan bagi jiwaku, ruh yang kekal dan abadi...bila panah cinta telah menghujam hati dan jantung- disana engkau akan mendengar suara bathin kita melantunkan bait-bait cinta yang dihiasi oleh senyum dan tangis rindu....

Disaat jiwa kita merasa malu-malu menggapai cinta, lidah terasa kelu,dan tiada kata yang terucap dari bibir, disitulah cinta memandang dari kedalaman jiwa, ..disaat kita saling menatap, maka sabda jiwa kita -tak mampu menyembunyikan cinta dari hati.

Dalam cinta keindahan menyimpan kepahitan, dan dalam setiap kegetiran terdapat selubung kebahagiaan.

Rasa dimana kita tak dapat membedakan lagi antara siang dan malam, seolah kita berada dalam taman surgawi yang terbebas dari ruang dan waktu...

Bagi dirinya- diriku adalah pantulan jiwanya ,adakah yang dapat diperbuat dari seorang gadis yang telah ditawan api cinta yang hatinya telah tercuri,selain ingin bertemu dengan si-pencuri hati. Yang Syair-syairnya bernyanyi laksana kidung surgawi dan berbisik kedalam telinganya bagai hembusan angin nan lembut , yang membuatnya terhanyut dalam simponi kerinduan atau laksana gelombang laut yang menghanyutkan bahtera jiwanya didalam lautan perasaannya yang tak bertepi dan berdasar..

Wahai kekasih hati, berjanjilah pada keagungan cinta agar sayapmu dapat terbang bebas dan melayang bersama ketulusan cinta, walau banyak racun yang harus kita teguk ...

Atas nama cinta , racun yang pahit pun terasa manis....

Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum pencinta...Dunia ada karena cinta....cinta adalah pembebas dari segala belenggu...dan jiwa pencinta akan memberi kehidupan baru bagi kehidupan yang lain.

Itulah hakekat dan kisah cintaku kekasih, kuceritakan segala isi hati dan tak ada yang kusembunyikan....agar engkau tahu, pintu-pintu hatiku selalu terbuka untukmu... diujung rindu dan harap-aku selalu menanti kehadiranmu...dan aku yakin semilir angin akan mengabarkan dan membisikkan semua ini kepadamu.Yang menceritakan segala hal tentangmu dan tentangku...